Apa
kabar? Apakah kalian sudah tau info terkini dari empat sekawan Rayyan, Amira,
Fia, dan Faheema? Apa kisah terbaru mereka? Ikuti terus ya tulisan ini…
Kali
ini kita simak yukkkk…kisah Amira dan petualangan serunya menyelamatkan pohon
trembesi kesayangannya. Amira adalah gadis cilik yang keukeuh pendiriannya
termasuk masalah lingkungan hidup. Dari hobi membacanya semakin kuat
keyakinannya untuk memberikan perhatian lebih pada lingkungan hidup. Internet,
buku, majalah, koran sering sekali menginformasikan masalah Global Warming yang
dihadapi masyarakat dunia saat ini.
Tau
gak apa itu global warming ? Jadi, sekarang dunia sedang menghadapi masalah
pemanasan atau naiknya suhu bumi akibat ulah manusia itu sendiri. Amira adalah
gadis spesial karena di usianya yang baru menginjak 9 tahun, ia sudah begitu
perhatian pada kelestarian lingkungan hidup.
Amira
sangat gemar dengan tanaman. Kecintaannya pada aneka jenis tanaman ditularkan
oleh bundanya yang juga hobi berkebun. Mereka berdua bisa seharian berkutat di
kebun kalau akhir minggu tiba. Di halaman rumah Amira yang rimbun banyak jenis
tanaman buah-buahan, bunga, dan sayur yang dibutuhkan sehari-hari contohnya
cabe kecil dan tomat yang ditanam di poly bag yang berjajar rapi di rak yang
menempel di tembok kebun. Apa ya poly bag itu ? poly bag adalah plastic hitam yang
biasanya dipakai untuk bercocok tanam di lahan yang terbatas.
Teman-teman
Amira seneng banget ngobrol di kebun apalagi kalau pas waktunya pohon mangga
yang usianya sama dengan Amira sedang berbuah lebat. Ada juga pohon sawo yang
tidak pernah berhenti berbuah, rasanya maniiiiisssss banget. Yang di pojok
kebun ada tanaman jambu biji dengan buahnya yang extra besar menggelantung di
dahannya yang mungil sehingga agak doyong menahan berat buahnya.
Mau
tau koleksi tanaman bunga Amira? Wew…..banyak banget dan warna nya indahhhhh
sekali. Ada sekelompok bunga melati yang harumnya tercium saat kita membuka
pagar rumah. Kalian pasti tau bunga mawar kan ? Mawar di kebun Amira warnanya
seru-seru. Ada mawar berwarna pink,
putih, merah tua dan kuning. Hati-hati ya dengan durinya yang tajam.
Amira
yang hobi gambar betah banget duduk berjam-jam di salah satu sudut kebun
kesayangannya dengan berbekal buku sketsa pensil 2b, penghapus dan alas duduk
bergambar bunga berwarna pink. Apa yang dilakukannya ? Amira puas banget memindahkan
pemandangan indah di kebunnya ke dalam buku sketsa miliknya. Tengok saja di
dalam buku itu banyak goresan pensil Amira berlembar-lembar. Gak cuma sketsa,
kadang Amira menggunakan cat air atau crayon. Gambar Amira bagus sekali.
Gak
cuma cinta berkebun, untuk memuaskan keingintahuannya tentang lingkungan hidup,
Amira bergabung di Komunitas Hijau Muda, tempat bergaulnya anak-anak muda
pencinta lingkungan. Amira termasuk salah satu anggota termuda di dalamnya.
Mereka giat berkampanye untuk mengajak masyarakat menjaga kelestarian
lingkungan. Baru-baru ini mereka mengadakan Festival tanam bibit mangrove di
area bibir pantai. Di Festival itu juga diadakan lomba menggambar dan mewarnai,
pertunjukan teater serta pameran produk yang menggunakan bahan dasar buah
mangrove. Apa aja itu ? Ternyata ada sirup yang dibuat dari buah mangrove.
Kalian tau batik kan ? Ternyata buah mangrove bisa juga dibuat pewarna untuk
kain batik. Warna yang dihasilkan lebih lembut. Nah….seru kan acaranya?
---------------------------------------------------
Saking
cintanya pada pepohonan, Amira sayang banget sama pohon trembesi tua yang ada
di tanah kosong di samping rumahnya. Pohon itu istimewa buat Amira karena
bentuknya yang kokoh walaupun usianya sudah cukup tua. Kata mama semenjak
mereka pindah ke rumah itu 12 tahun lalu, pohon trembesi sudah bertengger gagah
di sana. Bentuk batang utamanya memang unik seperti huruf L jadi bagian bawah
batang bisa untuk duduk-duduk manis beberapa anak seusia Amira. Daunnya yang
lebat membuat rindang dan teduh siapapun yang duduk di sana. Apalagi kalau
siang hari angin bertiup sepoi-sepoi menambah sejuk suasana.
Beberapa
pedagang yang lewat sering melepas lelah sejenak di bawah pohon trembesi itu
bahkan beberapa di antaranya tertidur pulas. Kalau musim hujan, banyak
pengendara motor yang berteduh di bawahnya. Hmmmmm…..besar sekali manfaat pohon
trembesi itu.
Amira
dan kawan-kawan sering juga bermain di tanah kosong itu, duduk berkumpul di
bawah pohon trembesi tua. Rumah Rayyan, Fia, dan Faheema masih satu kompleks
dengan rumah Amira. Kadang sore hari, bersepeda santai mereka bermain di sana.
Suatu
sore, Amira sudah bersiap menunggu kawan-kawannya di bawah pohon trembesi.
Beberapa langkah menuju pohon trembesi itu terbelalak kaget kedua bola mata Amira,”Apa
itu????? Siapa yang tega melakukannya? Huh….pasti manusia raja tega yang
berbuat ini!”
Ada
apa sih…? Kenapa Amira marah besar ? rupanya ia melihat ada orang yang memasang
papan iklan di pohon trembesi kesayangannya dengan paku-paku besar menancap melukai
batang pohon. Amira mengomel sendirian.
“Siapa
sih yang tega masang papan ini?”
‘Tadi
pagi waktu berangkat sekolah aku belum liat ada papan ini”
Saking
jengkelnya, Amira tidak menyadari kedatangan teman-temannya di belakang
punggungnya.
“Assalamu’alaikum
neng Amira….”, ucapan salam dari Rayyan sambil menepuk pundak Amira yang
berdiri membelakanginya.
Terkaget
mendengar suara sahabatnya, amira menjawab salam,”Eh…Waalaikum salam..kalian ni
ngagetin aja. Gak kedengeran datengnya tiba-tiba ada suara”
“Nah
ya…mulai ngomel-ngomel sendiri. Kenapa sih kamu Amira? Bête banget
keliatannya?” sapa Fia sambil menurunkan sandaran sepedanya.
Amira
berkacak pinggang masih belum bisa menahan emosinya.
“Siapa
yang gak kesal coba…Ini nih gara-garanya. Siapa yang tega masang papan jelek
ini di batang pohon kesayanganku?”
Sambi
menunjuk pada papan yang ditancapkan di batang pohon trembesi, Amira masih
meluapkan amarahnya.
Teman-temannya
coba menenangkan Amira.
“Sabar….sabar…kita
cabut aja papannya sekarang dan kita cari tau siapa pelakunya”, usul Faheema
sambil manggut-manggut.
Fia
menjawab ajakan Faheema sambil mengerjapkan matanya pada Amira
“Setuju
! daripada ngomel-ngomel gak jelas. Ya kan Mir…?”
“Iya
juga sih..aku setuju untuk mengambil papan ini. Tapi gimana caranya? Papan ini
tertancap kuat dengan empat paku besar di setiap sudutnya”, keluh Amira mulai
putus asa.
Tiba-tiba
Fia berseru mengagetkan ketiga teman-temanya…
“Aku
ada ide…!! Gimana kalau kita minta tolong Pak Jo, tukang becak yang biasa
mangkal di pojok gang 3, tapi alatnya pinjam papa kamu Mir…gimana, setuju gak?”
Sejenak
raut wajah Amira menjadi cerah menanggapi ide Fia. Bergegas ia mengajak Fia ke
rumahnya untuk mencari alat di kotak perkakas papa dan Ray bersama Faheema
bersepeda ke ujung gang 3 mencari Pak Jo.
Beberapa
menit kemudian mereka kembali berkumpul di bawah pohon trembesi. Kali ini
bersama pak Jo yang sudah siap membantu setelah sebelumnya memarkir becak
miliknya di dekat tanah kosong.
Besok
paginya ketika akan berangkat sekolah, Amira menyempatkan diri menengok pohon
trembesi tua itu. Ia menarik nafas lega karena tak ditemukannya lagi papan
tertancap di batangnya.
Namun
apa yang terjadi ketika ia pulang sekolah. Sudut matanya menangkap gambaran
jelas papan yang sama tertancap kembali di batang pohon trembesi itu.
Kembali
ia mengajak kawan-kawannya dan Pak Jo untuk menyelamatkan batang pohon trembesi
yang terluka karena paku besar yang digunakan untuk menancapkan papan.
Kali
ini Amira sangat geram dan bertekat menemukan pelakunya. Ia membuat rencana
misi penyelamatan pohon trembesi dengan kawan-kawannya. Rapat singkat mereka
adakan waktu istirahat pertama di kantin sekolah. Pembagian tugas dibuat dan
rencana disusun untuk menjebak pelakunya. Akankah mereka berhasil dengan misi
itu? Apa rencana yang akan mereka lakukan ? Ikuti terus ya petualangan seru
Amira dan kawan-kawan.